Langkah
demi langkah dilakukan Institut Teknologi Padang melalui Program Studi Teknik
Geodesi ITP untuk menjadi perguruan tinggi negeri yang lebih baik, terutama
dalam hal akademik dan inovasi. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang inovasi
teknologi pengolahan data dan informasi geospasial, Prodi Teknik Geodesi ITP
menggelar workshop "Pemodelan Geoid Gravimetrik"
di Laboratorium Komputer Kampus II ITP, Jumat (31/05).
Workshop
ini merupakan bagian dari implementasi kolaborasi akademik antara Prodi Teknik
Geodesi ITP dengan Prodi Teknik Geodesi dan Geomatika Institut Teknologi
Bandung. Selain itu, kegiatan ini merupakan roadshow perdana "Pemodelan Geoid Gravimetrik” yang digagas oleh
Kelompok Keilmuan Sains, Rekayasa, dan Inovasi Geodesi ITB dengan menghadirkan Brian Bramanto, S.T., M.T., Ph.D
dan Rahayu Lestari, M. T. sebagai narasumber.
Pada awal penyampaiannya, pria yang kerap
disapa Brian ini menjelaskan dalam kaitannya dengan pembangunan nasional
berkelanjutan, geoid sangat diperlukan dalam percepatan pemenuhan peta dasar
skala besar nasional.
Dimana peta skala besar nasional sangat
diperlukan untuk mendukung pembuatan rencana detail tata ruang (RDTR), mitigasi
kebencanaan, perencanaan infrastruktur, serta pengelolaan sumber daya yang
terdapat di wilayah Indonesia.
Alumnus Science and Technology Norwegian
University of Life Science ini menjelaskan Geoid merupakan suatu bidang acuan
vertikal yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tinggi pada suatu titik
di permukaan bumi. Ketinggian yang didefinisikan memiliki arti tinggi fisis,
yang dapat digunakan untuk menyatakan hal praktis seperti kemana air mengalir.
Ia menyebutkan dalam prakteknya minat mahasiswa akan bidang keilmuan ini sangat sedikit, karena materi pemodelan geoid dinilai sulit dan melibatkan beberapa bidang keilmuan lain, seperti fisika, kalkulus, dan programming.
Hal ini mendorong ia bersama tim Kelompok Keilmuan Sains, Rekayasa, dan Inovasi Geodesi
ITB merancang suatu website yang berisi tutorial mekanisme pengolahan data
geoid dan tutorial penyajian data hasil pengukuran pemodelan geoid. Ini
bertujuan agar dapat meningkatkan minat mahasiswa terhadap materi pemodelan Geoid (Fisikal Geodesi) dengan
memanfaatkan software yang telah dikembangkan.
Lebih lanjut, ia menuturkan dalam
beberapa tahun ke depan data dan informasi geospasial dapat digunakan sebagai
alat bantu, dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan ruang kebumian. Tentunya hal tersebut harus didukung dengan
adanya informasi tinggi yang berkualitas.
Inovasi teknologi Pemodelan Geoid Gravimetrik yang
dikembangkan oleh Kelompok Keilmuan Sains,
Rekayasa, dan Inovasi Geodesi ITB ini merupakan jawaban dari tantangan
ketersedian data yang valid dan akurat. Hal ini dikarenakan produk informasi
geospasial pemodelan geoid mengacu pada nilai rata-rata permukaan laut atau
dikenal dengan istilah Mean
Sea Level (MSL).
Dalam era pemetaan modern ini, akuisisi
data dapat dilakukan dengan cepat dan teliti untuk wilayah yang relatif luas
dengan menggunakan teknologi GNSS (Global Navigation Satellite system) dan
lidar (light detection and ranging). Sehingga dengan adanya dukungan data pemodelan geoid yang
akurat dan teliti, produk informasi geospasial yang dihasilkan dinilai telah
memiliki basis data yang lebih baik.
Menurutnya, pemodelan geoid adalah alternatif
metode yang dapat dimanfaatkan talenta geospasial untuk pengukuran data yang
akurat, efektif, dan efisien di lapangan. Ia juga menegaskan berdasarkan
Undang-Undang Informasi Geospasial Nomor 4 Tahun 2011, tentang Sistem Referensi
Geospasial Indonesia (SRGI) menyebutkan bahwa geoid Indonesia digunakan sebagai
sistem referensi geospasial vertikal nasional.
Dalam sesi ini tim Kelompok Keilmuan Sains, Rekayasa, dan Inovasi Geodesi
ITB juga berkesempatan memberikan pelatihan tentang pengolahan data geospasial
dengan metode pemodelan geoid. Harapannya melalui pelatihan ini akan lahir
talenta-talenta Fisikal Geodesi yang akan berkontribusi dalam tujuan
pembangunan nasional.
Terakhir penggunaan data dan informasi
geospasial ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan Sustainable
Development Goals (SDG). Data dan informasi geospasial dapat dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi isu strategis yang berkembangan di masyarakat, sehingga dapat
digunakan sebagai indikator dan basis untuk pengambilan keputusan maupun
perumusan kebijakan.
Created By Widia/Humas